Jumat, 08 Agustus 2008

What They Want to Be.

Kemarin si bungsu-ku minta diajari menjahit pakai mesin jahit. Aku jadi ingat waktu kecil kira-kira kelas 5 pun aku mulai coba-coba mesin jahit kuno ibu-ku yang digoes, aku sering membuat jarum-nya patah karena mesinnya sering salah mutar, jalannya kebelakang..hahaha


Hanya sekali diberitahu si bungsu-ku langsung bisa, dan langsung berkreasi membuat sarung handphone-nya. Koleksi kain Quilting-ku pun jadi sasarannya, karena si bungsu-ku tidak puas hanya membuat satu buah sarung...belum lagi ada yang salah gunting, salah ukuran bahkan salah jahit. Tapi demi kreativitas anak, akupun membiarkannya. Siapa tahu kelak si bungsu-ku bakal jadi designer terkenal, Amin.

Aku jadi ingat 2 hari yang lalu, aku mengunjungi teman-temanku di kantor tempatku bekerja dulu. Bernostalgia "makan siang" di kantin kantor dengan teman-temanku mengasikkan juga. Sewaktu kembali ke kantor di lantai 12, di dalam lift ada bapak-bapak asik berbicara, rada keras juga sih tapi tidak mengganggu karena pembicaraannya menarik juga untuk didengar. "Yah,menurut saya kalo anak punya bakat...biarin aja, jaman sekarang mah jadi penyanyi lebih bagus penghasilannya daripada kerja kantoran!" katanya. "Wah..saya setuju itu bidang entertaiment lebih bagus!", bapak yang berkemeja kotak-kotak dengan dasi biru ikut angkat bicara. Temannya yang dua orang lagi hanya mengangguk-anggukkan kepala mereka tanda setuju.
Kemudian bapak yang berbicara pertama kali tadi yang kelihatan lebih tua diantara mereka, mengatakan:"Nanti kalo anak saya mau memilih bidang yang dia sukai saya akan biarkan saja, saya akan dukung dia, kalo pun dia pilih tidak mau kuliah yah..biarkan saja".
Tidak mau kalah salahsatu dari bapak yang mengangguk-angguk tadi mengatakan:"Kalau anak kuliah itu kan butuh biaya, selesai kuliah harus cari kerja dulu untuk cari uang. Anak yang tidak mau kuliah tapi mau kerja dengan bakat yang dia punya, ya jelas untuk cari uang juga, jadi saya setu..."cling" (bell lift berbunyi),...ju!
Aku harus turun dilantai 12, sambil melangkah keluar lift aku tersenyum-senyum berterimakasih dalam hati...pembicaraan mereka memberi masukan baru untukku. Thank's guys!!!


Seminggu yang lalu, aku dan adik perempuan-ku sibuk memegang buku Safir Senduk tentang perencanaan biaya pendidikkan anak sampai mereka kuliah nanti. Kami coba menghitung sampai keluar biaya yang harus disisihkan setiap bulannya...ck ck ck! Padahal sudah ditambah tabungan yang ada dan asuransi yang nanti bakal keluar tetap saja biayanya besar...stress juga mikirinnya!

Tadi pagi ibuku menelpon, seperti biasa bertanya aku lagi ngapain? Masak apa hari ini? Anak-anak gimana? Perhatian yang tidak pernah lepas dari beliau ;)
Aku pun langsung bercerita apa saja yang aku lakukan seminggu ini, tentang anakku yang sudah bisa menjahit, tentang aku dan adikku yang berhitung-hitung dan tentang cerita bapak-bapak di lift...Sebelum menutup telpon beliau berkata: " Menabung itu perlu tapi tidak perlu terlalu memaksa diri, anak-anak perlu sekolah tapi tidak perlu memaksakan yang diluar kemampuan kita dan mereka, yang penting jangan memaksa kehendak kita pada mereka"

Malam ini sepertinya aku akan mimpi indah, beban pikiranku semakin meringan bahkan tidak menjadi beban lagi...Aku akan bermimpi anak-anakku selalu bahagia dengan apapun pilihan mereka...dan mimpiku akan jadi kenyataan, Amin.


Tidak ada komentar: