Karena keterbatasan waktu dan jarak membuat aku jarang bertemu saudara-saudaraku.
Tapi kami selalu berusaha melakukan kontak, dengan kecanggihan teknologi aku bisa telpon-telponan dengan adik perempuanku yang tinggal di Bekasi, ber-sms-an dengan adik laki-lakiku yang ada di Makassar, dan ber-chatting-ria dengan kakak laki-lakiku yang sudah hampir setahun tinggal di Aberdeen, Scotlandia.
Tapi kami selalu berusaha melakukan kontak, dengan kecanggihan teknologi aku bisa telpon-telponan dengan adik perempuanku yang tinggal di Bekasi, ber-sms-an dengan adik laki-lakiku yang ada di Makassar, dan ber-chatting-ria dengan kakak laki-lakiku yang sudah hampir setahun tinggal di Aberdeen, Scotlandia.
Tapi tetap paling asik memang kalau kami berkumpul, bernostalgia tentang masa kecil kami. Kami dilahiran dan besar di Pekanbaru,Riau. Orang tua kami dulu bekerja di perusahaan minyak. Walaupun kami tinggal di kompleks perumahan perusahaan yang serba teratur, rapi dan bersih, tapi kami lebih suka bermain ke rumah sepupu yang berada di ladang (kebun) yang letaknya jauh dari jalan besar yang di kanan kiri jalanan setapaknya adalah semak.
Disepanjang jalan menuju ladang banyak yang kami lakukan, kami petik pucuk ubi (daun singkong) berikut tangkai daunnya untuk membuat kalung seperti medali, kadang kami berhenti untuk main di parit yaitu saluran air yang airnya berasal dari hutan, airnya bening dan kami suka menangkap ikan senter (ikan kecil yang dikepalanya ada titik terang seperti lampu senter) sangat sulit menangkap ikan ini karena gerakannya seperti chaplin alias cepat sekali.
Yang paling kami suka adalah memetik buah-buah liar yang kata orang tua adalah makanan ular. Pada waktu itu semua terasa enak, ada buah dari bunga sekeduduk yang membuat gigi berwarna ungu ketika memakannya dan ada buah selatut yang aku tidak tahu apa nama dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Latinnya. Aku sudah coba search di internet tapi tidak menemukannya.
Selatut ada 2 jenis, ada yang seperti tomat kecil terbungkus kelopak berbentuk lonceng, ukurannya kira-kira sebesar "leuncak". Yang satu lagi selatut yang terbungkus kelopak berbulu, isi buahnya biji-biji menyerupai buah markisa rasanya manis-manis asam.
Buah selatut berbulu ini aku temukan di Makassar, di halaman belakang rumah di Gunungsari, rumah tempat suamiku tinggal sewaktu kecil.
Jadi jika suatu hari teman-teman melihat tanaman ini dan berani mencoba-nya silahkan saja jangan takut karena anak-anakku pun telah mencoba-nya .
Untuk kakak dan adik-adikku jika kalian buka blog ini dan melihat photo diatas pasti kalian pengen makan selatut lagi kan? Dan mudah-mudahan dalam waktu dekat kita bisa kumpul bersama lagi...untuk bercerita seru tentang buah selatut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar