Kampong Naga Village from
Danariza on
Vimeo.
Kampung Naga adalah sebuah perkampungan tua yang terletak di suatu lembah yang subur di daerah Neglasari, daerah yang terletak diantara Garut dan Tasikmalaya, Jawa Barat.
Masyarakat Kampung Naga sangat memegang teguh akan adat istiadat peninggalan leluhur. Dan mereka hidup dalam kesahajaan, banyak aturan-aturan adat yang membuat keadaan ini terjaga hingga sekarang. Moderenisasi tidak masuk ke wilayah ini, program "Listrik Masuk Desa" pun tidak tembus.
Untuk mencapai kampung ini kita harus menuruni tangga yang berjumlah 440 anak tangga...lumayan membuat kaki gemetaran sewaktu menuruninya. Disarankan memakai sepatu yang nyaman seperti sepatu kets. Dan ketika akan kembali pulang, menaiki tangga yang ratusan jumlahnya itu tidak perlu memaksa diri jika tidak kuat istirahat saja dulu sambil mengatur nafas...tidak ada jalan lain anak-anak tangga ini harus dilewati semua :)
Sawah, hutan dan sungai merupakan batas kampung ini. Bertani adalah pekerjaan sebagian penduduk kampung selain menjadi Pengerajin barang-barang yang terbuat dari bambu.
Sungai Ciwulan menjanjikan air yang menyuburkan pertanian di kampung ini, selain menanam padi penduduk banyak menanam Kapulaga (sejenis rempah-rempahan) dan Vanilla disekitar perkampungan. Dan kita dapat membelinya di warung-warung souvenir di dalam kampung sebagai oleh-oleh.
Anak-anakku sangat menikmati perjalanan ke perkampungan ini, janji suamiku untuk hunting photo kesini membuat mereka sudah menyiapkan perlengkapan untuk memotret sehari sebelum berangkat.
Arsitektur Kampung Naga pun sarat akan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Jumlah bangunan tidak boleh bertambah hanya boleh diperbaiki dengan bentuk dan ukuran yang sama. Hanya ada 4 jenis bangunan terdiri dari: 111 Rumah Tinggal, 1 Mesjid, 1 Lumbung Padi dan 1 Balai Kampung (balai pertemuan).
Struktur dan konstruksi bangunan hanya boleh terbuat dari kayu dan bambu, sedangkan penutup atap dari ijuk dan daun nipah. Dan dinding yang terbuat dari anyaman bambu (bilik) hanya boleh dicat kapur.
Semua bangunan merupakan rumah panggung yang berstruktur tahan gempa (terbukti waktu terjadi gempa di Tasikmalaya, kampung ini aman dari kerusakkan). Dan dengan penggunaan bahan-bahan alami Kampung Naga merupakan pemukiman ber-arsitektur hijau dan hemat energi.
Ciri khas lainnya, terdapat batu-batu yang tersusun rapi disekitar bangunan memciptakan design landscape yang indah. Dan seluruh bangunan orientasinya mengarah ke Utara dan Selatan, membuat cahaya matahari dan udara dapat mengalir dengan baik... lagi-lagi hemat energi!
Menurut tour guide yang orang asli Kampung Naga, di kampung ini hanya ada 2 petunjuk waktu : Bedug Mesjid untuk menandakan masuknya waktu sholat 5 waktu dan Pentungan untuk menandakan pergantian waktu setiap jam.
woven machine from
Danariza on
Vimeo.
Banyak terdapat warung-warung souvenir di dalam dan luar kampung, kerajinan tangan asli dari Kampung Naga adalah yang terbuat dari bambu, sedangkan kerajinan non bambu adalah hasil dari daerah lain yang mereka tukar dengan sistem barter.
Jika kita perhatikan dari foto-foto diatas, ada satu hal penting yang bisa kita lihat...Kampung Naga adalah kampung yang BERSIH, selain kebiasaan menjaga kebersihan sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka, ternyata sistem sanitasi yang baik sudah dirancang oleh nenek moyang mereka... tidak ada kegiatan MCK didekat/didalam rumah dan hewan-hewan piaraan diletakkan jauh dari hunian.
Dibawah guyuran hujan kami meninggalkan Kampung Naga dengan hati puas dan siap-siap untuk menaiki 440 anak tangga kembali... dan aku berhenti di 2 tempat pemberhentian dengan debaran jantung kencang kelelahan, untung ada penjual kelapa muda mensuply energi baru untuk menaiki sisa 100 anak tangga lagi.